Senin, 18 Desember 2017

Teknik Analisis Data

PENDAHULUAN
Penelitian  Teknik Analisis merupakan kegiatan yang terencana untuk mencari jawaban yang obyektif atas permasalahan manusia melalui prosedur ilmiah. Untuk itu di dalam suatu penelitian dibutuhkan suatu proses analisis data yang berguna untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari berbagai catatan di lapangan, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif oleh karena itu, analisisdata  merupakan bagian yang amat penting karena dengan analisislah suatu data dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk masalah penelitian. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya apabila tidak dianalisis terlebih dahulu.
Dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang analisis data, dalam makalah ini akan membahas pengertian analisis data, jenis-jenis analisis data, teknik-teknik analisis data, dan langkah-langkah analisis data.










PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Tujuan
Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang tertutama adalah masalah yang tentang sebuah penelitian[1]. Atau analisis data juga bisa diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari sebuah penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan.
Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga bisa di pahami, dan juga untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari sampel, yang biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian hipotesis.

B.     Macam Teknis Analisis Data[2]
Teknik analisis data dibagi menjadi dua yaitu, teknik analisis deskriptif  dan teknik analisis data inferensial.
1.      Teknik Analisis Diskriptif
Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul  sebagaimana adanya tanpa bermaksud memebuat generalisasi hasil penelitian. Misalnya seperti penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, presentase, frekuenso, perhitungan, mean, median, atau modus.
2.      Teknik Analisis Inferensial
Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang belaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu

C.    Prosedur Analisis Data
Secara Umum prosedur analisis data yang dapat dilakukan setelah data terkumpul adalah sebagai berikut:[3]
1.      Editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisisan instrumen pengum[ulan data.
2.      Koding (pemberian kode), yaitu proses mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap pertanyanan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.
3.      Tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian.
4.      Pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas realiabilitas instrumen pengumpulan data.
5.      Mendeskripsikan data, yaitu mendeskripsikan data agar diketahui atau di fahami karakteristik yang dimiliki oleh data. Biasanya, mendeskripsikan data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
6.      Pengujian hipotesis, yaitu menguji hipotesis yang telah dibuat untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan tersebut diterima atau ditolak.

D.    Analisis Statistika Deskriptif
Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul  sebagaimana adanya tanpa bermaksud memebuat generalisasi hasil penelitian.
Analisis statistika deskriptif dalam penelitian kuantitatif, dilakukan untuk menjawab pertanyaan masalah yang mengarah pada gambaran variabel yang diteliti, sehingga karakteristik yang dimiliki oleh data tersebut dan gambaran empirirs tentang variabel yang diteliti dapat difahami. Termasuk teknis analisis statistik deskriptif adalah frekuensi, ukuran tendensi sentral, dan ukuran dispersi.
Frekwensi adalah ukuran statistik deskriptif yang menunjukkan nilai distribusi data yang disususn menurut kesamaan kategori atau karakteristik. Penyajian data melalui frekwensi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (relatif dan kumulatif), dan grafik (histogram, poligon frekuensi, lingkaran dan ogives). Adapun jenis data yang dapat digambarkan dalam bentuk frekwensi adalah nominal, ordinat, interval, dan rasio.
Tendensial sentral adalah ukuran statistikdeskriptif yang menjelaskan gejala pemusatan distribusi data penelitian. Termasuk kedalam tendensial sentral adlah rata-rata (mean), median, dan modus. Rata-rata (mean) merupakan ukuran tendensi sentral yang dapat digunakan untuk jenis data berbentuk numerik, yaitu interval dan rasio. Median digunkan untuk jenis data kategori, yaitu ordinal. Sementara modus digunakan untuk jenis data nominal dan ordinal.
 Contoh:
Deskripsi Variabel
1.Variabel Pengawasan
Deskripsi variabel pengawasan diperoleh melalui perhitungan presentase terhadap skor jawaban reponden.
2.Variabel Kinerja Pegawai/ Mahasiswa
Deskripsi variabel kinerja pegawai/ mahasiswa diperoleh melalui perhitungan presentase terhadap skor jawaban responden.

E.     Analisis Statistika Inferensial
Analisis statistika inferensial adalah data dengan statistik, yang digunakan dengan tujuan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktik penelitian, analisis statistika inferensial dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis. Hasil pengujian hipotesis inilah yang nanti menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel dari populasi. Dengan demikian, statistik inferensial berguna untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel bagi populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, statistik inferensial sangat tepat untuk penelitian sampel.
Contoh:
Pengujian Hipotesis




KESIMPULAN
1.      Analisis data dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari sebuah penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan.
2.      Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga bisa di pahami, dan juga untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari sampel, yang biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian hipotesis.
3.      Teknik analisis data dibagi menjadi dua yaitu, teknik analisis deskriptif  dan teknik analisis data inferensial.


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman. Ali Muhidin, Sambas, Panduan Praktis Memahami
Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017)


[1] Maman Abdurrahman, Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 145
[2] Maman Abdurrahman, Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 146
[3] Maman Abdurrahman, Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 148

Jumat, 01 Desember 2017

Al-Majaz fi-l-Hadist

AL-MAJAZ FI-L-HADIST
Oleh: Fitra Jaya, Sept. A

PENDAHULUAN
Memahami Hadist Nabi adalah sesuatu yang penting kaitannya dengan bahasa, khususnya bahasa Arab. Karena Hadist Nabi adalah sumber hukum kedua dalam syariat Islam setelah Al-Qur’an. Dan telah menyebar luas pembelajaran tentang Hadist Nabi pada era modern ini, yang kaitannya ada pada tiga hal; Yang pertama berkaitan dengan Ilmu Mustholahul Hadist, kedua berkaitan dengan cara Mentakhrij Hadist, dan yang ketiga berkenaan dengan  Memahami Hadist Nabi.
Memahami Hadist dari segi lafadz nya atau dari segi maknanya, atau dari istilah lain dari segi pengucapannya dan pemahamannya. Dapat difahami juga dari segi Tekstual dan Kontekstual. Jika Hadist difahami secara lafadz maka selanjutnya adalah penerapannya dalam diri masing, apabila di fahami dari makna majaziy maka pengaamalannya pun menjadi kewajiban. Dan bila sebuah Hadist di fahami dari keduanya secara lafdziyah atau maknawiyah, maka boleh memilih salah satu darinya dalam pengamalannya.
Pada pembahasan ini, kami akan menguraikan tentang Al-Majaz fi Al-Hadist, yang semua pembahasannya di kutip dari kitab at-Thuruq as-Shohihah fi Fahmi al-Hadist. Ini adalah bagian ketiga dari pembelajaran tentang Hadist Nabi.

PEMBAHASAN
Memahami arti kata atau kalimat dalam Bahasa Arab sudah tidak menjadi rahasia lagi bagi seseorang pada saat ini, baik memahami secara makna yang sebenarnya (haqiqi) ataupun memahami secara makna kiasan (majaziy). Di tinjau dari lafadznya Hadist Nabi juga menggunakan bahasa arab, maka dalam memahaminya juga memahami secara haqiqi ataupun majaziy.
Dan jika yang di inginkan dalam Hadist Nabi adalah makna majaziy, maka memaknai secara makna haqiqi buanlah maksud dari hadist tersebut. Dan tidaklah benar jika kita mengerjakan atau mengamalkannya. Jika kita mengamalkannya dengan memaknainya  secara makna haqiqi, jelas kita salah dalam memahami maksud dari hadist tersebut. Walaupun kita tidak di nilai salah (dholal).
Untuk memperjelas semua itu, perhatikan contoh-contoh Hadist berikut.
1. Hadist Panjang Tangan حديث أطوال اليد [1]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  أَسْرَعُكُنَّ لَحَاقًا بِي أَطْوَلُكُنَّ يَدًا ، قَالَتْ : فَكُنَّ يَتَطَاوَلْنَ أَيَّتُهُنَّ أَطْوَلُ يَدًا ، قَالَتْ : فَكَانَتْ أَطْوَلَنَا يَدًا زَيْنَبُ ، لِأَنَّهَا كَانَتْ تَعْمَلُ بِيَدِهَا وَتَصَدَّقُ
Nabi Berkata: “Yang Paling Panjang Tangannya”
a.       Menurut Imam An-Nawawi
Sesungguhnya para istri Nabi menduga bahwa yang dimaksud dengan panjang tangan disini adalah makna panjang tangan sesungguhnya, yaitu panjang tangan sesuai ukuran anggota tubuh. Maka para istri Nabi mengukur panjang tangan mereka dengan sebatang kayu, dan Saudah lah yang paling panjang ukuran tangannya.
Sedangkan Zainab juga istri Nabi yang paling panjang tangannya, dalam artian panjang tangan dalam bershodaqoh dan bebuat kebaikan.  Zainab adalah istri Nabi yang lebih dulu meninggal di banding istri-istri Nabi yang lain. Dapat diketahui bahwa maksud dari panjang tangan disini adalah panjang tangan dalam bershodaqoh dan dermawan.
b.      Menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani
Dalam kitab Fath Al-Bari beliau berkata: Hadist yang diriwayatkan oleh Hakim dalam bab Manaqib dalam mustadraknya. Aisyah berkata: Sesungguhnya kami para istri Nabi berkumpul di rumah salah satu dari kami, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Kami mengukur panjang tangan kami di dinding, dan kami melakukan hal itu sampai Zainab binti Jahsyin wafat. Dan dia adalah perempuan yang mempunyai ukuran panjang lengan tangan paling pendek (fisik) di antara kami.
Maka kami mengerti bahwa yang di maksud oleh Nabi dengan panjang tangan ketika itu adalah bershodaqoh. Dan Zainab adalah wanita yang terampil, menyamak kulit, menjahit, dan bershodaqoh di jalan Allah.
c.       Menurut Ahli Bahasa
Paraa Ahli Bahasa berpendapat bahwa, “Dikatakan bahwa Fulan adalah orang yang panjang tangannya dan orang yang dermawan”, lawan dari itu adalah pendek tangannya. Maka apa yang difahami oleh para istri Nabi ketika itu bukanlah makna yang sesungguhnya, karena makna dari panjang tangan sesungguhnya adalah panjang tangan secara fisik (anggota badan). Sedangkan yang dimaksud oleh Nabi adalah makna majaziy (kiasan).
2. Hadist Pembelengguan Syaitan [2] حديث تصفيد الشيا طين
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ :  إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِين
Pada hadist sebelumnya tidak di perkenankan menyampaikannya kecuali dengan makna majaziy, dan makna yang sebenrnya (haqiqi) bukanlah maksud dari hadist tersebut. Maka hadist berikutnya di perkenankan menyampaikannya dengan keduanya, baik secara makna haqiqi ataupun makna majaziy.
Sebagaimana firman Allah SWT, bahwa Syaitan terdiri dari dua jenis yakni Jin dan Manusia.
وكذالك جعلنا لكلّ نبيّ عدوّا الشياطين الإنس و الجنّ
Dan demikianlah untuk setiap Nabi, kami jadikan musuh setan-setan yang terdiri dari manusia dan jin”

Manusia adalah makhluk yang berwujud, sedangkan jin tidak berwujud. Dan dapat diketahui bahwa tidak ada syaitan dari jenis manusia yang di belenggu atau di rantai tangannya ketika bulan ramadhan. Bagaimana dengan Syaitan dari jenis jin? Karena Rantai adalah suatu yang berwujud, sedangkan jin tidak berwujud. Apakah mungkin suatu yang tidak berwujud di rantai dengan suatu yang berwujud?
Menurut Al-Qodhi ‘Iyadh hadist ini dapat di fahami secara makna haqiqi yaitu terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka dan di belenggunya syaitan adalah salah satu tanda masuknya bulan Ramadhan dan sebagai penghormatan atas bulan suci Ramadhan. Dan dibelenggunya syaitan adalah untuk mencegah orang mu’min dari gangguan dan godaan syaitan.
Beliau juga berpendapat bahwa hadist ini dapat di fahami secara makna majaziy, yaitu sebagai isyaratakan banyaknya pahala dan juga ampunan. Dan supaya syaitan tidak  dapat mengganggu manusia maka di ibaratkannlah seperti manusia yang dibelenggu, mereka dibelenggu untuk sesuatu dan tidak sesuatu yang lain.
Al-Qodhi juga berkata bahwa terbukanya pintu surga adalah tanda terbukanya pintu ketaatan di dalam bulan yang suci ini, yang tidak terjadi selain pada bulan ramadhan umumnya, seperti puasa, tarawih, dan perbuatan mulia yang lainnya.
Singkat kata bahwa, siapa yang memaknai hadist ini dengan makna haqiqi tidak di permasalahkan, begitupun yang memaknainya secara majaziy, bila mana ada yang memaknainya dengan kedua makna (haqiqi-majaziy) di perbolehkan.
3. Hadist Aroma Mulut Orang Berpuasa [3]حديث خلوف فم الصائم
الصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ فَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا ، فَلَا يَجْهَلْ يَوْمَئِذٍ ، وَإِنِ امْرُؤٌ جَهِلَ عَلَيْهِ فَلَا يَشْتُمْهُ وَلَا يَسُبَّهُ وَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ ، أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْك
Hadist tentang Aroma mulut orang yang berpuasa ini di riwayatkan oleh Imam Bukhori dan juga yang lainnya. Ada beberapa pendapat ulama’ yang menjelaskan tentang hadist ini.
Menurut Imam Nawawi dalam syarah (penjelasan) shahih Muslim, kata   "خلفة" dan "خلوف" berarti berubahnya bau aroma mulut. Kemudian mengenai makna hadist, menurut riwayat Al-Qodhi ‘Iyadh, Al-Mazariy berkata: Bahwa Hadist ini berupa Majaz Isti’arah. Karena menjadikan sesuatu beraroma harum adalah sifat dari makhluk, apabila ada aroma harum ia menyukainya dan jika ada sesuatu yang tidak sedap atau menjijikkan ia menjauhinya.
Kemudian Al-Qodhi juga berkata bahwa, dalam hal ini Allah SWT akan memmbalasnya di akhirat. Maka aromanya lebih wangi dari aroma misk(kasturi), seperti hal nya darah paara syuhada’ aromanya seperti aroma kasturi. Dan dikatakan bahwa orang yang berpuasa akan mendapat pahala yang lebih dari pada orang yang memakai minyak wangi kasturi. Dan aroma mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Malaikat dari pada aroma di sisi kita. Meskipun pada hakikatnya tidak sedap aromanya menurut kita.
Pernyataan yang lebih benar adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Ad-Dawudi dari Al-Maghribi: Aroma mulut orang yang berpuasa lebih banyak pahalanya dari pada aroma kasturi yang pemakaiannya di anjurkan pada hari jum’at, hari raya, majlis hadist dan dzikir dan semua tempat perkumpulan atau majlis kebaikan.
Ibnu Hajar Al-Asqolani juga berkata: Bahwasannya Imam An-Nawawi lebih condong pada makna yang terakhir ini, dikarenakan makna thayyib diartikan penerimaan dan ridho dari Allah SWT.
4. Contoh Hadist Lain
Surga dibawah Telapak Kaki Ibu
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِك رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ"

PENUTUP
Pemahaman mengenai Hadist Nabi mencakup 3 hal, diantaranya:
1.      Hadist yang dapat difahami secara makna hakiki (lafdiyah)
2.      Hadist yang difahami secara makna majaziy (kiasan)
3.      Hadist yang dapat difahami dengan kedua-duanya, secara hakiki atau majaziy.

DAFTAR PUSTAKA
-Ya’qub, Ali Musthofa. Al-Thuruq As-Shohihah fi Fahmi As-Sunnah
An- Nabawiyah, 2016, Jakarta, Maktabah Darussunnah.
-Kamus Al-Munjidu fi Al-Lughoh wa Al-A’lam
-Atabik Ali, A Zuhdi Muhdlor, Kamus Al-Ashri (Kontemporer)
Arab Indonesia, Multi Karya Grafika.










[1]  Ali Musthofa Ya’qub, Al-Thuruq As-Shohihah fi Fahmi As-Sunnah An-Nabawiyah, 2016, Jakarta, Maktabah Darussunnah. hlm. 23

[2] Ali Musthofa Ya’qub, Al-Thuruq As-Shohihah fi Fahmi As-Sunnah An-Nabawiyah, 2016, Jakarta, Maktabah Darussunnah. hlm. 26

[3] Ali Musthofa Ya’qub, Al-Thuruq As-Shohihah fi Fahmi As-Sunnah An-Nabawiyah, 2016, Jakarta, Maktabah Darussunnah. hlm. 30

Study Kitab Tafsir Klasik (Nazhm al-Durar)

KATA PENGANTAR Kepala sama berambut, kecerdasan beda. Mungkin kata itu yang tepat untuk menggambarkan bahwa isi kepala setiap orang pasti...